Sunday, 21 April 2013

[Cerita] Redefinisi Emansipasi!

Cerita has posted a new item, 'Redefinisi Emansipasi!'




Pendahuluan
Karena bangsa ini telah terlanjur menjadikan tanggal 21 April sebagai salah satu
hari nasional, satu diantara dua hari perempuan nasional yang seringkali
diperingati selain hari ibu, maka sungguh disayangkan jika kita tidak
memanfaatkan momentum kartini ini untuk merefleksikan kembali makna yang
tersirat di baliknya. Perkara untuk menciptakan hari pahlawan perempuan baru,
entah Hari Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu yang dirasa lebih nyata
kontribusinya untuk bangsa ini, maka lebih baik kita lewati terlebih dahulu.
Kita manfaatkan momentum yang sudah ada karena kebiasaan memanfaatkan momentum
sudah menjadi budaya negeri ini. Sehingga tak ada salahnya jika kita turut
menggunakan budaya ini sebagai sarana untuk merefleksikan kembali semangat
Kartini. Dan pasti semua sepakat bahwa tak ada yang salah untuk merefleksikan
sebuah semangat.
Mengapa Emansipasi?
Terlepas dari kontroversi benarkah Kartini seorang pahlawan atau bukan, gerakan
yang dilakukan hanya sebatas menulis surat, hal-hal yang mungkin saat ini kita
pandang sebelah mata, maka pada masa lalu itu adalah sebuah hal yang tidak
biasa. Ingat bagaimana dulu betapa wanita dideskriminasikan dan angka wanita
yang buta aksara sangatlah tinggi?
Kartini yang merupakan anak keluarga konglomerat pada saat itu mendapatkan
kesempatan lebih untuk mengenyam pendidikan dimana akses pendidikan hanya dapat
dijangkau oleh kalangan priyayi. Dalam suratnya kepada teman-teman penanya di
Belanda, dia menyampaikan keluhannya tentang wanita pribumi yang tidak dapat
bebas bersekolah dan pada usia tertentu sudah harus siap untuk dipingit.
Kumpulan surat itu akhirnya oleh J. H. Abendanon dikumpulkan dan dibukukan
dengan judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya Dari Kegelapan
Menuju Cahaya yang pada perkembangannya, buku yang diberi judul Habis Gelap
Terbitlah Terang oleh Balai Pustaka ditulis kembali oleh seorang pujangga
tersohor, Armin Pane.
Berkat pendidikan yang diperolehnya, terbentuklah sebuah pemikiran yang tidak
biasa diantara kaum hawa pada saat itu, pemikiran yang tidak terbelenggu dengan
adat jawa pada saat itu, yakni gagasan kesetaraan dalam memperoleh pendidikan
yang diaktualisasikan oleh istri dari bupati Rembang ini dengan didirikannya
sekolah perempuan. Hingga pada akhirnya sampai sekarang Kartini dikenang sebagai
pahlawan kesetaraan yang dikenal dengan istilah emansipasi. Emansipasi dalam
pendidikan khususnya.
Itulah mengapa kita perlu meredefinisi kembali makna emansipasi yang kini
menjadi sangat luas maknanya. Emansipasi yang didengungkan oleh para feminis
berarti kesetaraan dalam berbagai aspek bahkan akhirnya istilah emansipasi ini
dijadikan alat untuk menghalalkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai
agama. Makna emansipasi ini menjadi sangat kontroversial dan belum ada titik
temu karena memang menyangkut ideologi.
Terlepas dari perbedaan pendapat yang ada, marilah di sini kita berangkat dari
persamaan. Persamaan dalam kesepakatan bahwa memang pendidikan bagi wanita
adalah harga mati, kesetaraan pendidikan harus dijunjung tinggi. Lahap habis
pemikiran bahwa wanita tidak perlu berpendidikan tinggi karena wanita hanya
sebatas bertanggung jawab dalam urusan domestik. Ada pepatah yang mengatakan
bahwa wanita dalam hal ini seorang ibu adalah sebuah sekolah yang apabila engkau
persiapkan dia, berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa yang mempunyai
dasar yang baik.
Semangat kartini dalam memperjuangkan pendidikan perempuan pribumi inilah yang
perlu kita hargai. Semangat berpendidikan dan berbagi pendidikan perlu kita
tanamkan dalam diri para wanita. Karena di era digital ini, masih saja ada
bahkan banyak yang terdoktrin bahwa wanita tidak perlu berpendidikan tinggi
karena pasti UUD Ujung-ujungnya Dapur.
Selamat Hari Kartini, BANGKIT PEREMPUAN INDONESIA!




You may view the latest post at
http://cerita.biz/

Best regards,
Cerita
http://cerita.biz

No comments:

Post a Comment