Cerita has posted a new item, 'Jala yang Penuh'
Matius 13:47-50
Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut lalu
mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret
orang ke pantai lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam
pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman:
malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar lalu
mencampakkan orang jahat
ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi
Sebagai seorang yang telah lama berkecimpung dalam dunia pertukangan,
pengetahuan Yesus mengenai seluk-beluk perkayuan tidak perlu diragukan lagi.
Yusuf Ayah-Nya adalah seorang pengrajin kayu yang sering kali mendapat pesanan
untuk membuat kursi, meja, lemari dan perabot rumah tangga yang lainnya. Pesanan
tidak hanya datang dari daerahnya sendiri, melainkan juga datang dari luar
daerah Nazareth. Sejak kecil, Yesus sudah terampil menatah dan mengukir kayu
karena mewarisi ilmu yang diterima-Nya dari sang ayah. Produk pertama yang dapat
dihasilkan-Nya adalah sebuah miniatur patung berwujud orang yang sedang
disalibkan. Karya perdana Yesus itu membuat hati Maria ibu-Nya itu bertambah
melebar harunya karena ada satu lagi perkara yang disimpan dalam hatinya.
Meski sejak kecil kehidupan Yesus sudah dekat dengan lingkungan tukang kayu,
namun Dia tetap mau belajar bidang yang lain. Bidang lain yang menarik hati-Nya
adalah bidang kenelayanan. Memang, kebanyakan penduduk di sekitar Yesus bermata
pencaharian sebagai pencari ikan. Karena seringnya bersinggungan dengan para
nelayan inilah, maka sedikit banyak Yesus juga memahami mengenai kehidupan para
nelayan. Tak ayal, dalam beberapa kotbah dan perumpamaan yang disampaikan-Nya,
terselip analogi yang mengambil inspirasinya dari kehidupan kelautan misalnya
perumpamaan mengenai seorang penjala manusia, garam dunia dan masih banyak lagi
yang lainnya. Dan yang lebih mengherankan, kedekatan-Nya dengan laut membuat
Yesus mampu meredakan angin laut yang sedang bergemuruh atau berjalan di atas
air laut. Hebat!
Suatu hari, di pagi yang lumayan cerah, Yesus berjalan-jalan menyusuri pantai
tanpa alas kaki supaya telapak kaki-Nya dapat menginjak kerikil-kerikil yang
berserakan di sepanjang bibir pantai. Hal itu sengaja dilakukan-Nya karena
akhir-akhir ini Dia sering mengalami migrain akibat sering tidur tanpa bantal.
Ya karena memang Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya, berbeda dengan serigala yang memiliki liang untuk bercanda ria
bersama anak-anaknya. Semoga saja pijat refleksi gratis yang dilakukan-Nya itu
dapat sedikit meringankan pusing kepala sebelah-Nya.
Karena sedikit kecapekan, maka Yesus duduk pada sebuah kapal yang baru saja usai
melaut. Begitu Dia duduk, segerombolan anak-anak datang mengililinginya, ada
yang minta untuk digendong, ada pula yang menggelayut manja di pundak-Nya. Yesus
memang dekat dengan anak-anak karena Dia kerap kali memberi banyak cerita kepada
mereka. Alasan utama mengapa Yesus begitu mencintai anak-anak adalah karena
merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Seperti biasanya, saat itu Yesus juga menuturkan sebuah cerita kepada mereka.
Cerita kali ini berkisah mengenai Kerajaan Surga yang diumpamakan oleh Yesus
seperti pukat yang dilabuhkan ke laut dan di akhir kisah yang dituturkan-Nya
ini, Yesus memberi ending: Demikianlah juga pada akhir zaman, malaikat-malaikat
akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar lalu mencampakkan orang
jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
Bersamaan dengan tepuk tangan riuh anak-anak yang gembira mendengar cerita dari
Yesus yang sudah usai itu, muncullah seorang lelaki yang sudah lumayan tua yang
rupanya sejak dari tadi juga ikut menyimak cerita dari Yesus. Lelaki yang
terkenal jahat di daerah itu tertawa terkekeh-kekeh mendengar ending dari cerita
Yesus yang menurutnya tidak rasional.
Kata lelaki tua itu dibarengi gelak tawanya tiada henti, Ah mana mungkin
cerita-Mu itu benar terjadi!
Jawab Yesus kepada orang itu, Mengapa kamu berkata demikian?
Meskipun orang banyak mengenalku sebagai orang yang jahat, namun aku tidak akan
pernah sekali pun masuk ke dalam neraka! Karena aku aku kan sudah ompong! Mana
mungkin ada kertakan gigi? Hwehee, ujar orang itu sembari memperlihatkan
mulutnya yang tiada lagi bergigi.
Sayang orang tua jahat ini tidak tahu bahwa di alam keabadian, semua yang ada di
dunia ini akan ditinggalkan bahkan gigi pun tidak diperlukan lagi untuk
menyantap makanan surgawi selain hanya roh yang memandang wajah Allah.
You may view the latest post at
http://cerita.biz/
Best regards,
Cerita
http://cerita.biz
No comments:
Post a Comment